Anak Rantau Jadi Lulusan Terbaik, Ini Kisah I Gede Wahyudi

Kabarphatas.com, Surabaya – Prosesi wisuda Universitas Airlangga (UNAIR) ke-243 pada hari kedua menjadi akhir yang membahagiakan bagi para wisudawan. Terutama bagi I Gede Wahyudi, Wisudawan Terbaik Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR yang mendapatkan kesempatan untuk bercerita di podium sebagai perwakilan wisudawan lainnya.

Wahyudi merupakan seorang perantau dari Pulau Dewata Bali, yang kental akan tradisi dan budaya. Merantau sendiri ke kota orang, ia merasa bahwa ia harus benar-benar beradaptasi dan menjalani pendidikan dengan sebaik-baiknya.

“Saat pertama kali datang ke Surabaya, saya menyadari bahwa saya tidak lagi berada di zona nyaman. Saya sendirian, tidak ada orang tua ataupun keluarga. Dan akhirnya saya mantap untuk mengemban ilmu sebanyak-banyaknya,” tuturnya.

Menjadi alumnus dari salah satu kampus terbaik di Indonesia bahkan dunia tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Wahyudi. Terlebih, ia berhasil menyandang gelar sebagai wisudawan terbaik dari fakultasnya.

Pencapaiannya tersebut membuktikan kerja keras orang tuanya. Meski hanya seorang buruh bangunan dan penjual nasi, tetapi hal itu tidak menghalangi tekadnya untuk berpendidikan. Ia pun mengucapkan banyak terima kasih kepada pemerintah atas bantuan biaya pendidikan yang diberikan kepadanya.

“Kondisi ekonomi tentu tidak menjadi masalah bagi saya yang di mana saya dibantu dengan program pemerintah, yakni beasiswa KIP Kuliah. Sehingga akhirnya hari ini saya berdiri di sini, putra dari seorang buruh bangunan dan penjual nasi menjadi wisudawan terbaik dari FKH UNAIR,” tutur Wahyudi Bangga.

Bantuan biaya pendidikan yang diberikan pemerintah tentu telah menjadi pengantar banyak pelajar untuk melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Wahyudi sebagai salah satu penerimanya pun merasa terbantu dengan adanya beasiswa KIP Kuliah.

Ia berharap agar ke depan, semakin banyak tersedia berbagai beasiswa atau bantuan biaya pendidikan yang lebih merata. Karena tidak dapat dipungkiri, masih ada pelajar-pelajar di luar sana yang terkendala perihal biaya kuliah.

“Mungkin harus tetap ada dan ditambah lagi kapasitas beasiswa, karena masih banyak di luar sana yang terhalang oleh biaya. Saya yakin UNAIR menyadari hal itu hingga ini menjadi bagian dari UNAIR pula untuk memberikan beasiswa yang lebih luas,” harap Wahyudi.

Wahyudi yakin bahwa pendidikan merupakan kunci untuk membuka pintu kebebasan bagi siapa pun. Baik kebebasan secara intelektual maupun kebebasan secara ekonomi. “Setiap orang berhak untuk bebas mengenyam pendidikan untuk masa depan yang lebih baik, dan setiap orang bebas untuk mencari dan menjalani pekerjaan untuk hidup lebih layak,” tutupnya. (Nayla).

Tinggalkan komentar