Example 728x250
Profil

Kiki dan Mimpi Besar Petani Mandiri

13
×

Kiki dan Mimpi Besar Petani Mandiri

Sebarkan artikel ini
Kiki

KABARPHATAS.COM, SURABAYA – Lincah, hangat, dan penuh energi. Begitulah sosok Lukitasari atau akrab disapa Mbk Kiki dikenal di lingkaran komunitas Pasmanbaya.

Perempuan yang kini menjabat Ketua Bidang Usaha ini menjadi salah satu penggerak utama dalam menghidupkan kegiatan komunitas, termasuk suksesnya perayaan Milad ke-12 Pasmanbaya.

Example 300x600

Namun, kiprah Kiki tidak berhenti pada urusan komunitas. Ia menjelma sebagai figur penting dalam dunia agrobisnis, bidang yang telah lama digelutinya.

Latar belakangnya sebagai putri petani di Ambarawa membuat dunia sawah dan ladang bukan hal asing baginya. Dari situlah tumbuh kepekaan sekaligus tekad untuk berbuat lebih bagi para petani.

Jejak usahanya dimulai pada 2008 ketika ia membuka perusahaan pertamanya. Kepercayaan besar datang tak lama berselang: perusahaannya langsung menjadi rekanan TNI.

Delapan tahun kemudian, kepekaan pada isu pangan mendorong lahirnya PT. Eka Naga Indonesia.

Melalui Eka Naga, Kiki fokus membina petani dengan membentuk kelompok-kelompok tani yang terintegrasi dalam Gapoktan. Kini, lebih dari seratus Gapoktan berada di bawah naungannya. Baginya, modal utama usaha bukanlah uang, melainkan disiplin dan kepercayaan.

“Tanpa kedisiplinan dan kepercayaan, sulit rasanya menggapai kesuksesan,” ujarnya.

Perjalanan itu tentu tidak mulus. Setiap daerah memiliki karakteristik berbeda, baik tanah, adat, maupun pola pikir petani.

Agar tantangan ini tidak menjadi jurang pemisah, Kiki membentuk tim penyuluhan di berbagai wilayah. Mereka bertugas memberi pendampingan teknis sekaligus menjembatani komunikasi dengan petani.

Kiki juga menaruh perhatian pada rantai distribusi hasil panen. Ia menyadari betul bahwa tengkulak kerap memonopoli harga dan merugikan petani.

Karena itu, ia mendorong model perlindungan yang membuat hasil panen bernilai wajar. “Kasihan petani jika harga dimainkan sesuka hati,” katanya.

Keterlibatannya di Pasmanbaya memperluas peran sosialnya. Ia menggagas program ketahanan pangan dengan menggarap lahan jagung seluas 20 hektar, dengan target jangka panjang 100 hektar. Jagung dipilih karena mudah dirawat dan bisa dipanen tiga bulan sekali.

Program ini bukan hanya mendukung agenda pemerintah, tetapi juga menciptakan manfaat langsung bagi komunitas.

Sebagian hasil panen dialokasikan sebagai dana kas abadi. Dana ini menopang kegiatan sosial dan keagamaan Pasmanbaya tanpa harus bergantung pada iuran anggota.

“Dengan adanya dana abadi, kegiatan komunitas bisa berjalan lebih ringan dan berkelanjutan,” ungkap Kiki.

Tidak berhenti pada program tanam jagung, ia juga memikirkan regenerasi. Baginya, Pasmanbaya harus tetap hidup dari generasi ke generasi. Karena itu, pelatihan dan workshop selalu dipadukan dengan tindak lanjut nyata agar anggota muda mampu mengatasi persoalan di lapangan.

Visinya jelas, Indonesia sebagai negara agraris seharusnya tidak bergantung pada impor pangan. “Jika dikelola serius, petani bisa mandiri, terbebas dari tengkulak, dan bangsa ini tidak perlu impor,” tegasnya.

Bagi Kiki, keberhasilan sejati bukanlah deretan pencapaian pribadi, melainkan momen ketika ia melihat para petani tersenyum di tengah panen raya. Kepuasan itu kian lengkap saat petani bisa mengakses bibit dan pupuk dengan mudah.

Di balik semangat dan gagasan besar itu, Kiki adalah potret seorang perempuan yang mengubah kepedulian menjadi aksi nyata.

Melalui PT. Eka Naga Indonesia dan Pasmanbaya, ia merajut mimpi tentang ketahanan pangan nasional yang tidak sekadar slogan, melainkan realitas di sawah dan ladang.

***Kunjungi kami di news google Kabarphatas.com

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *