Example 728x250
Ekonomi Bisnis

Kisah Di Balik Home Industri Kripik Cokelat Home Industri Sidoarjo 

145
×

Kisah Di Balik Home Industri Kripik Cokelat Home Industri Sidoarjo 

Sebarkan artikel ini

Kabarphatas.com, Sidoarjo – Nama di labelnya adalah Kripik Maknyus “PAN COX’S CHIPS” dengan tagline Enak-Lumer-Bergizi dan dengan dua kemasan yang menarik, yakni toples dan kemasan pouch dengan beragam ukuran dan berat yang berbeda.

Kemasan yang transparan dan rapat menampakkan isi tiap varian rasa mudah dipahami bagi pembeli, meskipun baru pertama melihat.

Example 300x600

Dengan mengandalkan beberapa varian rasa, seperti cokelat, strawberry, blueberry, matcha, cappucino, tiramisu, lemon fresh dan blue papermint produk UMKM saat ini sudah bisa merambah pasar hingga luar pulau.

Namun, home industri yang dikelola oleh Astrid ini tidak serta merta tumbuh dan berkembang semudah membalikkan telapak tangan.

Perjalanan yang panjang mewarnai perjuangannya ketika kali pertama menekuni wirausaha ini.

Astrid, saat ditemui Kabarphatas.com menceritakan awal ia tertarik untuk membuka usaha sendiri setelah dirinya keluar masuk kantor maupun perusahaan untuk melamar kerja dan hasilnya nihil.

“Semuanya membutuhkan yang berpengalaman, sedangkan saya bagaimana mau punya pengalaman, wong kerja saja belum,” ujar Astrid mengawali cerita.

Di tengah kebingungannya ini, ibu tiga anak ini menemukan ide untuk membuka usaha kripik cokelat.

Lantas ia melakukan eksperimen dan mulai membuat kripik cokelat yang berbahan dasar tepung, margarin gula dan coklat.

“Eksperimen pertama, gagal total, hasil dari proses pembuatan kripik ini tidak sesuai dengan harapan saya, pokoknya amburadul rasanya,” kenang Astrid.

Setelah melakukan percobaan berulang kali, akhirnya Astrid berhasil membuat kripik cokelat ini dengan rasa yang pas dan tekstur yang bagus.

Kendala pertama terlewati, namun timbul kendala lainnya, yakni modal yang semakin menipis lantaran melakukan eksperimen.

Pada akhirnya Astrid memutuskan untuk memakai modal yang ada dan dengan kemasan seadanya, dan mulai menjajakan produksinya ke warung-warung dan toko.

Tak lupa ia juga memanfaatkan akun sosial media untuk mempromosikan hasil karyanya ini.

Nasib baik berpihak pada Astrid, permintaan dari warung dan toko semakin hari semakin meningkat ditambah pesanan dari akun media sosial.

Dengan bertambahnya pelanggan, Astrid kemudian berinovasi dengan membuat kemasan yang lebih bagus dan menarik juga disertai dengan label.

Kendala permodalan kembali menjadi persoalan. Tak putus asa Astrid berhasil mengumpulkan modal dan meningkatkan produksinya dengan dibantu anak-anaknya.

“Di penghujung Astrid menyebut, semakin banyaknya permintaan dari pelanggan, ia harus benar-benar memikirkan manajemen agar tidak kebobolan.

Dirinya berharap ada pihak yang membantu terkait penambahan modal untuk meningkatkan produksi kripik cokelatnya.

“Saya kapok pinjam modal yang tidak jelas,” tuturnya. (Nayla)

 

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *