KABARPHATAS.COM, PAMEKASAN – Panen raya tembakau di Madura tahun ini diwarnai kegelisahan. Alih-alih membawa keuntungan, hasil panen justru menurun akibat pengaruh cuaca ekstrem dan ketidakstabilan musim kemarau.
Sebagian besar petani di Pamekasan mengeluhkan penurunan mutu dan berat rajangan tembakau.
Berdasarkan pengakuan mereka, rata-rata hasil panen turun hingga 20 persen dibanding musim sebelumnya.
Angin kencang, kelembapan tinggi, serta intensitas hujan di luar waktu semestinya menjadi penyebab utama.
“Tahun ini tembakau lebih ringan dan daunnya kurang kering sempurna. Mutunya turun, karena cuaca sering berubah-ubah,” ujar Hozainuddin, petani sekaligus penebas asal Desa Lemper, Pademawu, Sabtu (5/10/2025).
Menurutnya, kondisi tersebut membuat para petani berhati-hati menjual stok ke pedagang besar.
Ia sendiri mengaku menurunkan volume pembelian dari petani lain karena khawatir harga tidak menutup ongkos produksi.
Saat ini, pedagang besar yang terafiliasi dengan sejumlah pabrikan rokok nasional seperti Gudang Garam, Djarum, Sampoerna, Wismilak, dan Sukun diketahui menyesuaikan harga beli di bawah tahun lalu.
Penurunan ini dipicu oleh mutu bahan baku yang tidak seideal sebelumnya.
Bagi petani, ketidakpastian cuaca menjadi faktor paling menentukan dalam rantai ekonomi tembakau.
Hujan di tengah musim panen dapat menurunkan kadar nikotin, membuat daun lebih tebal, serta mengurangi aroma khas tembakau Madura yang selama ini menjadi daya tarik utama bagi industri kretek.
“Kalau daun lembap dan pengeringan tidak sempurna, nilainya langsung jatuh di mata pembeli. Padahal tembakau Madura unggul karena karakter kering dan aromanya yang tajam,” jelas Hozainuddin.
Namun ia masih optimistis kondisi akan membaik. “Cuaca sekarang mulai stabil. Kalau panas terus, hasil rajangan baru ini bisa lebih bagus,” ujarnya.
Fenomena ini memperlihatkan tantangan serius bagi sektor pertanian tembakau Madura.
Perubahan iklim menuntut petani beradaptasi dengan teknologi pascapanen dan sistem prediksi cuaca yang lebih akurat.
Tanpa itu, ketergantungan tinggi terhadap iklim kering akan terus menjadi titik lemah ekonomi agraris Madura.